Review Kanojo to Kanojo no Neko
[Review] Kanojo to Kanojo no Neko -Everything Flows-
Sumber : Jurnal Otaku
Berapa
banyak dari kamu yang sudah selesai nonton remake anime pendek pertama Makoto
Shinkai, Kanojo to Kanojo no Neko -Everything Flows-? Melihat
hype-nya yang ada dibawah film Shinkai biasanya, formatnya yang berupa anime
pendek dan absennya Shinkai sebagai staf utama serial anime ini, mungkin
kamu malah sudah lupa. Saya juga. Sampai setidaknya 2 jam yang lalu, setelah
saya menonton anime ini karena “iseng” dan sukses menangis selama hampir
1 jam.
Sesimpel
apapun anime ini, saya harusnya tetap ingat bahwa ini adalah anime
dari seorang Makoto Shinkai. Pembawaan cerita dan tema yang simpel dengan
penjabaran yang subtle, tapi hits you so hard saat kamu berhasil
melihat dirimu di situasi yang sama. Kekuatan anime ini tidak datang
dari penyutradaraan dan visual seorang Shinkai, tapi sesuatu yang lebih dalam.
Subtle and
Peaceful
Seperti
yang sudah kamu ketahui, anime ini “hanya” bercerita tentang gadis tokoh
utama yang menjalani lembaran hidup baru bersama kucing peliharaannya. Kamu
akan disuguhi lebih banyak monolog sang kucing daripada dialog antara karakter
manusia disini. Gadis dan Kucing tidak mengerti satu sama lain. Mereka tidak
bisa ngobrol, tapi empati si Kucing terhadap majikannya, yang dalam cerita
sedang mengalami salah satu masa tersulit dalam hidupnya, berhasil menarik
penonton untuk bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Tanpa sadar, kamu juga mendukung
sang gadis bisa melewati masa sulitnya.
Kamu akan
dibawa menjalani kisah dalam anime ini dari mata si kucing, yang mana
berarti kamu tidak tahu sepenuhnya latar belakang sang gadis dan karakter
lainnya. Apa yang sedang mereka pikirkan, kenapa mereka bisa begitu, dan lain
sebagainya. Kita tidak diberikan konflik batin yang rumit dari sang gadis, kita
hanya “dibekali” dengan empati si kucing, yang mengharapkan apa yang terbaik
bagi majikannya meski dengan segala keterbatasan yang ada. Kalau itu tidak bisa
membuatmu emotionally invested, saya gak tahu apa lagi yang bisa.
Relatable
Saya tidak
tahu atas dasar apa Shinkai pertama kali menulis cerita anime ini dulu
saat pertama kali membuatnya. Tapi tema dan cerita dalam serial ini jauh dari
kebiasaan Shinkai setelah ia mulai menggarap film, romansa. Tema coming of
age yang dibawakan disini tampak sengaja ditulis untuk kita para
“anak-anak” yang akhirnya akan terjun ke dunia nyata sebagai salah satu anggota
masyarakat setelah lulus kuliah. Bagi kamu yang sedang berada dalam kondisi
itu, anime ini akan lebih ngena buatmu.
Penulis
merasa diselamatkan oleh Daru si kucing. Karena penulis kurang lebih berada
dalam posisi yang sama dengan sang gadis, saya merasa terselamatkan. Saya bisa
membayangkan Daru berada di samping meja komputer saya, menatap lurus dan
mengeong, seakan mengatakan “semua akan baik-baik saja”, sebelum saya kembali
menangis. Berharap bisa melangkah maju, seperti pada akhir cerita.
Ini Bukan
Buatan Shinkai
Ya, bagi
mereka yang mengharapkan visual dan penyutradaraan sekelas Shinkai mungkin akan
kecewa. Karena ini tidak dibuat olehnya. Meskipun begitu bagi yang belum nonton
saya harap bisa mengerti dan membuang ekspektasi itu jauh-jauh agar bisa
menikmati karya yang satu ini secara maksimal.
Selain itu
seperti yang ditulis di atas, Kanoneko Everything Flows tampak ditujukan
khusus untuk para penonton yang sedang mengalami fase yang sama dengan si
gadis. Jika kamu tidak mengerti karena belum pernah merasakan situasi tersebut,
serial ini mungkin terasa “hambar” untuk sebuah karya yang dibuat berdasarkan
salah satu karya Shinkai. Tapi bagi kalian yang kebetulan sedang ada di masa
yang sama, semoga kalian akan dapat bangkit dan mengingat kembali motivasi
hidup kalian.
Meskipun
hanya berdurasi total 28 menit termasuk opening, tema yang pas dan
monolog yang hebat berhasil membuat remake ini menjadi sebuah remake
yang patut diperhatikan. Kanoneko Everything Flows membuktikan bahwa
Shinkai memang sineas hebat, yang karyanya bahkan sulit dibuat menjadi inferior
tanpa keterlibatannya. Anime ini berhasil membuat saya menangis setelah
sekian lamanya. Kamu juga harus siapin tisu sepertinya.
Sumber :
0 Response to "[Review] Kanojo to Kanojo no Neko -Everything Flows-"
Posting Komentar